Tag

article (2) big size (1) Boots (19) brogue (4) Chuka (12) loafer (1) News (5) Shoes (12) Sneakers (10)

07 May 2011

Marga Singgih, Mengayun Langkah Sepatu Lokal

TEMPO Interaktif, Jakarta - Perancang sepatu dan tas asal Italia, Sergio Rossi, punya kalimat bijak: sebagai alas kaki, sepatu juga menyempurnakan penampilan.
Namun, di mata Marga Singgih, General Manager Andre Valentino Shoes, Andre Comfort Shoes, dan Studio Nine Shoes, sepatu tak hanya bermakna sebagai alas kaki.

"Sepatu itu seperti ayunan langkah kehidupan. Sepatu melengkapi penampilan seseorang dalam setiap kegiatannya. Ke kantor, undangan, acara santai, atau saat di rumah. Setidaknya, tiap orang memiliki empat pasang sepatu," kata pria yang biasa disapa Marga ini saat ditemui di Senayan City, Jakarta, Senin lalu.

Pria yang meretas karier panjang di label lokal--tapi orang sering salah dan kecele menyangka produk sepatunya berasal dari luar negeri--ini mengaku bangga atas anggapan orang yang keliru. Dia berterus terang bahwa pada awalnya produk tersebut memang terkenal justru di Singapura dan Malaysia.

"Produk kami memang beredar di sana terlebih dulu. Lalu menjadi incaran serta kebanggaan pencinta belanja di sana, termasuk warga Indonesia yang suka bepergian dan belanja. Mereka kepincut, lalu menyangka impor," kata pria yang sering disangka pemilik label ini. "Padahal, saya cuma pegawai, ya orang kedualah," ucapnya terbahak sambil menyebutkan, pemiliknya adalah William Jong dan Ayu Puji.

Boleh jadi anggapan orang yang menyangka produknya impor benar, karena melihat kemasan, kualitas, model, kampanye, dan tagline yang diusungnya, yakni chic & comfortable serta when ever you go, sangat pas mengesankan label impor.

Di dunia alas kaki, produk Andre Valentino (AV), Studio Nine (SN), dan Andre Comfort (AC) sejajar dengan label seperti Schol, Hush Pupies, Clark, Ever Best, Charles & Keith, VNC, Rohde, dan Kiekers. "Strategi pasar kami berhasil. Pertama, kami mencoba uji nyali kekuatan di luar. Ternyata sukses, lalu masuk ke Indonesia hingga berhasil seperti sekarang."

Ranah mode Tanah Air hingga ke tingkat Asia, seperti di Singapura, Malaysia, Vietnam, Hong Kong, dan Jepang, menjadi andalan serta kekuatan pasar produk sepatu ini di kelas menengah ke atas. Rancangan yang selalu aktual, berbahan impor, dan sangat berkualitas cocok bagi pribadi dinamis, aktif, serta berwawasan global.

Target pasar AV dan SN adalah pria serta wanita berusia 24-45 tahun. Adapun AC untuk untuk usia 45 tahun ke atas. "Kami padukan komponen bahan baku lokal dan impor. Prosesnya yang serba handmade, detail, dan berkarakter membawa produk kami sejajar dengan label asing," tuturnya bangga sembari menyebutkan bahwa gerainya sudah ada 39 buah di 13 kota.

Di dunia alas kaki, label grup AV menjadi leader yang sangat diperhitungkan dari sisi desain dan bahan. Produk jenis moccasin menjadi produk sepatu unggulan terbaik di antara produk sepatu berjenis sama.

Marga menuturkan, perusahaannya menerapkan konsep bisnis tradisional dan konvensional, yakni bervisi semangat idealis memperkuat pasar lokal. Pabriknya berada di Tangerang dengan 200 pegawai yang memiliki kemampuan sesuai keahlian.

Dalam setahun dapat diproduksi 30-50 ribu pasang sepatu. Untuk Malaysia dan Singapura, pabriknya tersendiri berupa ruko. Adapun harganya bervariasi untuk wanita, pria, dan anak-anak. Pada label AV, yang levelnya A-B, dibanderol mulai Rp 500 ribu.

Tercebur dalam dunia alas kaki, diakui oleh penyuka soto mi ini, seperti ayunan langkah kehidupan. Dulu sulung dari tujuh bersaudara ini bercita-cita menjadi wartawan. Ia sempat mewujudkan impian itu lewat kuliah dalam bidang jurnalistik, namun terputus. Berkat kemampuannya di bidang agama Buddha, ia sempat menjadi guru dan dosen.

Tapi pilihan berkarier sebagai tenaga penjual menjadikannya berpengalaman dan paham atas lika-liku bisnis. "Saya bersyukur atas semangat yang ditularkan ayah: sukses itu datang dari bekerja, hati nurani, kemauan belajar, dan menghargai orang kalau kamu tidak sendirian," tuturnya tentang wejangan ampuh dari orang tuanya.

Sikap sahaja dan sederhana yang digoreskan ayah-ibunya tak sia-sia. Dalam rentang kesuksesan yang makin berjalan, ayah tiga anak ini justru makin mendekatkan diri ke proses penyeimbangan lain, bukan cuma menekuni bisnis.

Dua tahun lalu ia membangun Yayasan Sutra Bakti di bidang pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan yang bervisi developing smart & green community. Yayasan ini juga mendirikan rumah baca, TK, serta balai pengobatan umum dan gratis di dua desa miskin, yaitu Babelan, Bekasi, dan Kedaung Barat, Sepatan Timur, Tangerang. "Obsesi ke depan, saya ingin membuat Rumah Kehidupan untuk memberdayakan masyarakat dari berbagai aspek."
HADRIANI P/GRACE S. GANDHI

No comments:

Post a Comment

Search in blog



free counters