Tag

article (2) big size (1) Boots (19) brogue (4) Chuka (12) loafer (1) News (5) Shoes (12) Sneakers (10)

03 April 2011

Tiga Alasan Perempuan Tergila-gila Sepatu

media_perempuan_headline fashionclothingtoday.com

DARI zaman Cinderella sampai Carrie Bradshaw yang modern di serial 'Sex and the City,' kaum hawa selalu diidentikkan dengan sepatu. Lantas, apa yang menyebabkan perempuan begitu tergila-gila dengan alas kaki ini?

Sepasang sepatu mampu memberikan sentuhan keajaiban, menyulap busana yang tadinya biasa-biasanya saja menjadi lebih istimewa dan tiada duanya. Secara ilmiah, terdapat sejumlah penjelasan yang menyibak obsesi perempuan terhadap sepatu, seperti dikutip situs cosmopolitan.com berikut ini:

Kepuasan
Pertama-tama, suasana hati bisa meningkat dalam sekejap ketika Anda mencoba segala jenis pakaian, termasuk sepatu. ''Dopamin neurotransmitter dilepaskan, memberikan rasa menyenangkan yang tinggi, sama seperti ketika mengonsumsi obat-obatan,'' jelas Martin Lindstrom, seorang pakar branding untuk perusahaan Fortune 100 dan penulis 'Buyology: Truth and Lies About Why We Buy.'

Dopamin meningkat sampai Anda menggesekkan kartu kredit atau debit. Biasanya, rasa bersalah akan mulai merayap masuk, kecuali ketika item yang Anda beli adalah sepasang sepatu.

''Para pembeli merasionalisasikan sepatu sebagai pembelian praktis, sesuatu yang bisa mereka pakai beberapa kali dalam seminggu, sehingga mereka berpegang pada perasaan menyenangkan lagi,'' kata Lindstorm.

Selain dopamin, reaksi lain dari otak juga berpengaruh. Membeli sepatu baru merangsang Membeli sepatu baru merangsang area korteks prefrontal otak yang disebut tempat pengumpulan.

''Sepatu adalah benda koleksi, terlepas dari perempuan menyadarinya atau tidak,'' kata Suzanne Ferriss, Ph.D. Adrenalin yang mengalir ketika mengumpulkan sepatu, mirip dengan kepuasan yang didapat kolektor perangko ketika memperoleh perangko langka.

Kekuasaan
Sama seperti kebanyakan hewan, manusia secara alami juga mengasosiasikan ketinggian dengan kekuasaan, kata Helen Fisher, Ph.D., profesor antropologi di Rutgers University.

''Sepatu hak tinggi secara harfiah dapat meningkatkan status Anda karena Anda menjadi lebih tinggi ketika mengenakannya,'' ujarnya.

Secara historis, beberapa abad lampau hanya orang-orang kaya yang memakai sepatu hak tinggi. Sedangkan orang biasa mengenakan sepatu yang lebih praktis untuk mengerjakan pekerjaan kasar.

''Sepatu adalah ukuran kelas, dan kita masih memiliki sedikit mind-set seperti itu tertanam dalam diri kita.''

Seksualitas
Stiletto selama ini dianggap melambangkan seksualitas, yang menjadi salah satu elemen penting bagi manusia.

''Ketika perempuan mengenakannya, dia mengasumsikan pose perkawinan primitif yang disebut lordosis. Bokong yang terangkat, dan punggung yang melengkung,'' jelas Fisher.

Sementara itu, Daniel Amen, M.D., penulis 'The Brain in Love' berusaha menjelaskan lebih jauh. Menurutnya, pikiran kita terstruktur dengan mengasosiasikan kaki dengan seks.

''Area otak yang berkomunikasi dengan alat kelamin berada tepat di sebelah area yang berhubungan dengan kaki. Daerah ini berbagi saraf crosstalk, yang mungkin menyebabkan sepatu bisa dianggap erotis,'' katanya. (Yul/OL-06)

No comments:

Post a Comment

Search in blog



free counters