Tag

article (2) big size (1) Boots (19) brogue (4) Chuka (12) loafer (1) News (5) Shoes (12) Sneakers (10)

03 April 2011

Masih Sanggup Buat 2.000 Pasang Sepatu

BANDUNG, KOMPAS.com — Anggapan bahwa pamor sepatu Cibaduyut tenggelam belum sepenuhnya benar. Namun, hal tersebut akan terjadi jika tidak ada perhatian serius dari pemerintah mengenai kebutuhan bantuan modal usaha guna melestarikan usaha kerajinan sepatu yang sudah ada turun-temurun tersebut.
Optimisme masih menyala di wajah salah seorang perajin sepatu, Jaya Sunarya (47), saat ditemui KOMPAS.com di rumahnya, Kelurahan Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul, Bandung, Jawa Barat, Rabu (30/3/2011) .
Pemilik pabrik sepatu rumahan Cibaduyut Jaya ini mengatakan, hingga kini dia masih bisa membuat 2.000 pasang sepatu tiap bulan. Bahkan, saat ini dia sedang menerima pesanan sepatu dari Jakarta untuk anggota Satpol PP.
Namun, ia mengakui pendapatannya sejak 2004 mengalami penurunan hingga 50 persen. Sebelum itu, dia mampu meraup keuntungan Rp 10.000 dari sepasang sepatu, kini dia hanya mendapatkan Rp 5.000 dari tiap pasangnya. ”Pada tahun 1998 hingga 2003 saya hanya membutuhkan modal Rp 55.000 untuk membuat sepasang sepatu, kemudian saya jual Rp 65.000. Sekarang saya membutuhkan modal Rp 80.000 untuk membuat sepasang sepatu dan hanya bisa menjual dengan harga Rp 85.000,” kata Jaya.
Kondisi ini kemudian diperparah dengan munculnya sepatu-sepatu dari China. Walaupun berbahan kulit imitasi, harga yang murah membuat banyak yang beralih ke sepatu China. ”Padahal kalau dilihat, sepatu dari China lebih banyak menggunakan bahan kulit imitasi. Berbeda dengan kami di sini, menggunakan kulit asli dan kualitasnya bisa dijamin lebih baik,” kata Jaya.
Hanya modal pinjaman dari bank yang membuat Jaya dapat bertahan dengan usaha ini. Dia terpaksa meminjam karena dari awal usahanya hingga saat ini dia tidak pernah menerima bantuan modal dari pemerintah barang sepeser pun. ”Sekarang saya masih harus menyetor sekitar Rp 8 juta kepada bank untuk melunasi pinjaman saya sebesar Rp 200 juta. Semuanya itu dibatasi dalam waktu tiga tahun,” kata Jaya.
Hal sama juga dirasakan Asep Supriatna (48) yang juga perajin sepatu Cibaduyut. Menurut dia, hingga sekarang belum pernah merasakan bantuan pemerintah. Hal itu memaksanya untuk meminjam dari bank dengan bunga cukup tinggi. ”Kalaupun ada, saya melihat bantuan tersebut salah sasaran. Seharusnya pemerintah turun langsung dari pintu ke pintu dan melihat perajin mana yang layak untuk mendapatkan bantuan modal usaha,” kata Asep.

No comments:

Post a Comment

Search in blog



free counters